PRAKTIKUM MINERALOGI
![]() |
||
![]() |
ACARA :KRISTALOGRAFI
Disusun Oleh:
Deasy Gitasari
21100113120040
![]() |
|||
![]() |
LABORATORIUM MINERALOGI, PETROLOGI, DAN PETROGRAFI
PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
LEMBAR
PENGESAHAN
Laporan Praktikum Mineralogi, acara:
Kristalografi yang
disusun oleh Deasy Gitasari,
yang disahkan pada :
hari : Minggu
tanggal : 06
Oktober 2013
pukul :
sebagai tugas laporan praktikum
mata kuliah Mineralogi.
Semarang, Oktober
2013
Asisten Acara, Praktikan,
Bagus Rachmad I Deasy Gitasari
NIM.
21100112130050
NIM. 21100113120040
DAFTAR
ISI
Lembar
Pengesahan..................................................................................................i
Daftar
Isi..................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Maksud.................................................................................................... 1
1.2 Tujuan..................................................................................................... 1
1.3 Waktu
dan Tempat Pelaksanaan.............................................................. 1
BAB II DASAR TEORI
2.1 Pengertian
Kristalografi........................................................................... 2
2.2 Pengertian
Kristal.................................................................................... 3
2.3 Penjelasan
tentang Unsur Unsur Kristal.................................................. 4
2.4 Dasar
Penggolongan Sistem Kristal ........................................................ 6
2.5 Penjelasan
tentang Sistem Kristal............................................................ 6
2.6 Cara
Mengklasifikasikan Herman Mauguin Symbol ............................ 11
BAB III HASIL DESKRIPSI
3.1 Nomor
Kristal Peraga 3b ...................................................................... 20
3.2 Nomor
Kristal Peraga 7c ...................................................................... 21
3.3 Nomor
Kristal Peraga 1d ...................................................................... 22
3.4 Nomor
Kristal Peraga 2a....................................................................... 23
3.5 Nomor
Kristal Peraga 5b ...................................................................... 24
BAB IV PEMBAHASAN
4.1 Sistem
Isometrik.................................................................................... 25
4.2 Sistem
Hexagonal................................................................................. 26
4.3 Sistem
Tetragonal.................................................................................. 27
4.4 Sistem
Trigonal..................................................................................... 29
4.5 Sistem
Monoklin................................................................................... 30
BAB
V PENUTUP
5.1
Kesimpulan............................................................................................31
5.2
Saran......................................................................................................32
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Maksud
1.1.1
Menentukan istem kristal berdasarkan
atas panjang sumbu, posisi sumbu, jumlah sumbu serta besar sudut yang dibentuk
antar sumbu pada bentuk kristal.
1.1.2 Mendeskripsikan
bentuk kristal berdasarkan parameter penggambaran, jumlah, dan posisi sumbu
kristal dan bidang kristal yang dimiliki oleh setiap bentuk kristal.
1.1.3 Menentukan
kelas kristal berdasarkan Herman Mauguin simbol
1.2 Tujuan
1.2.1
Dapat menentukan sistem kristal
berdasarkan atas panjang sumbu, posisi sumbu, jumlah sumbu serta besar sudut
yang dibentuk antar sumbu pada bentuk kristal.
1.2.2
Dapat mendeskripsikan bentuk kristal
berdasarkan atas parameter penggambaran, jumlah dan posisi sumbu kristal dan
bidang kristal yang dimiliki oleh setiap bentuk kristal.
1.2.3
Dapat menentukan kelas kristal
berdasarkan Herman Mauguin Simbol
1.3 Waktu dan Tempat Pelaksanaan
Pertemuan
praktikum yang pertama pada :
Hari : Selasa
Tanggal : 24 September 2013
Pukul : 18.30 – 20.30 WIB
Tempat : Ruang 201
Pertemuan yang kedua dilaksanakan
pada :
Hari : Selasa
Tanggal : 1 Oktober 2013
Pukul : 18.30 – 20.30 WIB
Tempat :
Laboratorium Mineralogi, Pertrologi dan Petrografi
BAB II
DASAR TEORI
2.1
Pengertian
Kristalografi
Kristalografi adalah ilmu yang
mempelajari tentang sifat-sifat geometri dari kristal terutama perkembangan,
pertumbuhan, kenampakan bentuk luar, struktur dalam (internal) dan sifat-sifat
fisis lainnya.
a)
Sifat Geometri, memberikan pengertian letak, panjang dan
jumlah sumbu kristal yang menyusun suatu bentuk kristal tertentu dan jumlah
serta bentuk luar yang membatasinya.
b)
Perkembangan dan pertumbuhan kenampakkan luar, bahwa
disamping mempelajari bentuk-bentuk
dasar yaitu suatu bidang pada situasi permukaan, juga mempelajari kombinasi
antara satu bentuk kristal dengan bentuk kristal lainnya yang masih dalam satu
sistem kristalografi, ataupun dalam arti kembaran dari kristal yang terbentuk
kemudian.
c)
Struktur dalam, membicarakan susunan dan jumlah
sumbu-sumbu kristal juga menghitung parameter dan parameter rasio.
d)
Sifat fisis kristal, sangat tergantung pada
struktur (susunan atom-atomnya). Besar kecilnya kristal tidak mempengaruhi,
yang penting bentuk dibatasi oleh bidang-bidang kristal: sehingga akan dikenal
2 zat yaitu kristalin dan non kristalin
Suatu
kristal dapat didefinisikan sebagai padatan yang secara esensial mempunyai pola
difraksi tertentu (Senechal, 1995 dalam Hibbard,2002). Jadi, suatu kristal
adalah suatu padatan dengan susunan atom yang berulang secara tiga dimensional
yang dapat mendifraksi sinar X. Kristal secara sederhana dapat didefinisikan
sebagai zat padat yang mempunyai susunan atom atau molekul yang teratur.
Keteraturannya tercermin dalam permukaan kristal yang berupa bidang-bidang
datar dan rata yang mengikuti pola-pola tertentu. Bidang-bidang datar ini
disebut sebagai bidang muka kristal. Sudut antara bidang-bidang muka kristal
yang saling berpotongan besarnya selalu tetap pada suatu kristal. Bidang muka
kristal itu baik letak maupun arahnya ditentukan oleh perpotongannya dengan
sumbu-sumbu kristal. Dalam sebuah kristal, sumbu kristal berupa garis bayangan
yang lurus yang menembus kristal
melalui pusat kristal. Sumbu kristal tersebut mempunyai satuan panjang yang
disebut sebagai parameter.
2.2 Pengertian Kristal
Kristal merupakan susunan kimia antara dua atom akan
terbentuk bilamana terjadi penurunan suatu energi potensial dari sistem ion
atau molekul yang akan dihasilkan dengan
penyusunan ulang elektron pada tingkat yang lebih rendah. Kristalografi dapat
diartikan sebagai cabang dari ilmu geologi, kimia, fisika yang mempelajari
bentuk luar kristal serta cara penggambarannya.
Komposisi
kimia suatu mineral merupakan hal yang sangat mendasar, beberapa sifat-sifat
mineral / kristal tergantung kepadanya. Sifat-sifat mineral/kristal tidak hanya
tergantung kepada komposisi tetapi juga kepada susunan meruang dari atom-atom
penyusun dan ikatan antar atom-atom penyusun kristal / mineral.
Komposisi kimia kerak
bumi :
a. Kerak
b. Mantel, dan
c. Isi bumi
Ketebalan
kerak bumi di bawah kerak benua sekitar 36 km dan di bawah kerak samudra
berkisar antara 10 sampai 13 km. Batas antara kerak dengan mantel dikenal
dengan Mohorovicic discontinuity. Kimia kristal Sejak penemuan sinar X,
penyelidikan kristalografi sinar X telah mengembangkan pengertian kita tentang
hubungan antara kimia dan struktur. Tujuannya adalah:
1.
Untuk
mengetahui hubungan antara susunan atom dan komposisi kimia dari suatu jenis
kristal.
2.
Dalam
bidang geokimia tujuan mempelajari kimia kristal adalah untuk memprediksi
struktur kristal dari komposisi kimia dengan diberikan temperatur dan tekanan.
Perubahan energi yang dihasilkan oleh ikatan kimia yang terbentuk oleh
dua macam ikatan yaitu ikatan elektrovalen dan ikatan kovalen.
a.
Isomorfisme
Isomorfisme adalah
suatu substansi yang mempunyai rumus analog serta keamanan dari pada
kristalografi dalam merefleksikan struktur dari dalamnya.
b.
Polimorfisme
Polimorfisme
adalah kemampuan unsur atom untuk membentuk lebih satu macam kristal. perbedaan
dari sifat fisik kristal akan membentuk substansi polimerfic sebagai morfic,
trimorficdan seharusnya. Polimorfisme menunjukan bahwa struktur kristal tidak
hanya ditentukan oleh unsur kimia saja akan tetapi dapat disebabkan juga oleh
unsur dari susunan atom yang dibangaun kristal.
1. Enantriotrop yaitu suatu proses timbal balik
2. Monotropisme yaitu merupakan suatu proses yang
tidak timbal balik
Contoh : Markasit
menjadi pyrite
c. Pseudomorfisme
Mineral
dapat mengalami perubahan mineral lain tanpa merubah ikatan kimianya proses ini
dikenal sebagai proses pseudomorfisme. Pseudomorfisme
ini terbagi menjadi dua yaitu :
1. Tidak terjadi perubahan unsur kimianya, akan tetapi terjadi perubahan
sistem dari pada kristalografinya.
2. Unsur lama diganti unsur baru.
Pseudomorfisme
disebabkan mineral lama tidak stabil dalam lingkungan yang baru.
2.3
Penjelasan tentang Unsur-unsur Kristal
Dari
masing-masing sistem kristal dapat dibagi lebih lanjut menjadi kelas-kelas
kristal yang jumlahnya 32 kelas. Penentuan klasi_kasi kristal tergantung dari
banyaknya unsur-unsur simetri yang terkandung di dalamnya. Unsur-unsur simetri
tersebut meliputi:
1.
bidang simetri
2.
sumbu simetri
3.
pusat simetri
Ø Bidang simetri
Bidang
simetri adalah bidang bayangan yang dapat membelah kristal menjadi dua bagian
yang sama, dimana bagian yang satu merupakan pencerminan dari yang lain. Bidang
simetri ini dapat dibedakan menjadi dua, yaitu bidang simetri aksial dan bidang
simetri menengah.
Bidang
simetri aksial bila bidang tersebut membagi kristal melalui dua sumbu utama
(sumbu kristal). Bidang simetri aksial ini dibedakan menjadi dua, yaitu bidang
simetri vertikal, yang melalui sumbu vertikal dan bidang simetri horisontal,
yang berada tegak lurus terhadap sumbu c.
Bidang
simetri menengah adalah bidang simetri yang hanya melalui satu sumbu kristal.
Bidang simetri ini sering pula dikatakan sebagai bidang siemetri diagonal.
Ø Sumbu simetri
Sumbu
simetri adalah garis bayangan yang dibuat menembus pusat kristal, dan bila
kristal diputar dengan poros sumbu tersebut sejauh satu putaran penuh akan
didapatkan beberapa kali kenampakan yang sama. Sumbu simetri dibedakan menjadi
tiga, yaitu gire, giroide dan sumbu inversi putar. Ketiganya dibedakan
berdasarkan cara mendapatkan nilai simetrinya.
Gire, atau sumbu simetri biasa, cara mendapatkan nilai simetrinya adalah dengan memutar kristal pada porosnya dalam satu putaran penuh. Bila terdapat dua kali kenampakan yang sama dinamakan digire, bila tiga trigire (4), empat tetragire (3), heksagire (9) dan seterusnya.
Gire, atau sumbu simetri biasa, cara mendapatkan nilai simetrinya adalah dengan memutar kristal pada porosnya dalam satu putaran penuh. Bila terdapat dua kali kenampakan yang sama dinamakan digire, bila tiga trigire (4), empat tetragire (3), heksagire (9) dan seterusnya.
Giroide
adalah sumbu simetri yang cara mendapatkan nilai simetrinya dengan memutar
kristal pada porosnya dan memproyeksikannya pada bidang horisontal.
Sumbu inversi putar adalah sumbu simetri yang cara mendapatkan nilai
simetrinya dengan memutar kristal pada porosnya dan mencerminkannya
melalui pusat kristal. Penulisan nilai simetrinya dengan cara menambahkan
bar pada angka simetri itu.
Sumbu inversi putar adalah sumbu simetri yang cara mendapatkan nilai
simetrinya dengan memutar kristal pada porosnya dan mencerminkannya
melalui pusat kristal. Penulisan nilai simetrinya dengan cara menambahkan
bar pada angka simetri itu.
Ø
Pusat simetri
Suatu
kristal dikatakan mempunyai pusat simetri bila kita dapat membuat garis
bayangan tiap-tiap titik pada permukaan kristal menembus pusat Kristal dan akan
menjumpai titik yang lain pada permukaan di sisi yang lain dengan jarak yang
sama terhadap pusat kristal pada garis bayangan tersebut. Atau dengan kata
lain, kristal mempunyai pusat simetri bila tiap bidang muka kristal tersebut
mempunyai pasangan dengan kriteria bahwa bidang yang berpasangan tersebut
berjarak sama dari pusat kristal, dan bidang yang satu merupakan hasil inversi
melalui pusat kristal dari bidang pasangannya.
Dari tujuh sistem kristal dapat dikelompokkan menjadi 32 klas kristal. Pengelompokkan ini berdasarkan pada jumlah unsur simetri yang dimiliki oleh kristal tersebut. Sistem isometrik terdiri dari lima kelas, sistem tetragonal mempunyai tujuh kelas, rombis memiliki tiga kelas, heksagonal mempunyai tujuh kelas dan trigonal lima kelas. Selanjutnya sistem monoklin mempunyai tiga kelas.
Dari tujuh sistem kristal dapat dikelompokkan menjadi 32 klas kristal. Pengelompokkan ini berdasarkan pada jumlah unsur simetri yang dimiliki oleh kristal tersebut. Sistem isometrik terdiri dari lima kelas, sistem tetragonal mempunyai tujuh kelas, rombis memiliki tiga kelas, heksagonal mempunyai tujuh kelas dan trigonal lima kelas. Selanjutnya sistem monoklin mempunyai tiga kelas.
Tiap
kelas kristal mempunyai singkatan yang disebut simbol. Ada dua macam cara
simbolisasi yang sering digunakan, yaitu simbolisasi Schon_ies dan Herman
Mauguin (simbolisasi internasional).
2.4
Dasar Penggolongan Sistem Kristal
Kristal
digambarkan oleh sel satuan yang ditentukan besar sumbu Kristal a, b, c serta
sudut Kristal α, β dan γ. Hingga
saat ini baru terdapat 7 macam sistem kristal. Dasar penggolongan sistem
kristal tersebut ada tiga hal, yaitu:
a.
jumlah
sumbu kristal,
b.
letak
sumbu kristal yang satu dengan yang lain
c.
parameter
yang digunakan untuk masing-masing sumbu kristal.
2.5 Penjelasan tentang Sistem Kristal
1. Sistem
Isometrik
Sistem ini juga disebut
sistem reguler, bahkan sering dikenal sebagai sistem kubus/kubik
Sistem kristal
isometric adalah sistem kristal dimana setiap unit sel-nya berbentuk kubus.
Sistem kristal ini merupakan sistem kristal yang paling sederhana yang dapat
ditemukan dalam kristal dan mineral. Sistem kristal ini mempunyai 5 buah kelas
dan ada tiga buah bravais lattice dari jenis kristal ini yaitu simple cubic,
body centered cubic, face centered cubic.
Semua kristal yang mempunyai tiga buah
sumbu yang identik dan saling tegak lurus termasuk ke dalam golongan sistem
kristal cubic. Sumbu pertama terletak vertikal, sumbu kedua memanjang dari
depan ke belakang dan sumbu ketiga bergerak dari kiri ke kanan. Ketiga sumbu
tersebut dapat saling bertukar dan masing – masing sumbu dinamai dengan huruf
a. Kelas – kelas dalam sistem kristal ini yaitu :
-
hexoctahedral calss
-
pentagonal icostetrahedral class
-
hextetrahedral class
-
dyakisdodecahedral class
-
tetrahedral pentagonal dodecahedral class
Jumlah
sumbu kristalnya 3 dan saling tegak lurus satu dengan yang lainnya. Masing-masing
sumbu sama panjangnya.
2. Sistem
Tetragonal
Sama dengan sistem
isometrik, sistem ini mempunyai 3 sumbu kristal yang masing-masing saling tegak
lurus. Dalam kristalografi, tetragonal merupakan satu dari tujuh sistem kristal
dan mempunyai tujuh buah kelas. Tetragonal merupakan hasil dari pemanjangan
bentuk dasar cubic sehingga bentuk dasar cubic tersebut menjadi prism.
Tetragonal mempunyai dua buah bentuk bravais lattice yaitu simple tetragonal
dan centered tetragonal.
Sistem kristal tetragonal meliputi semua
kristal yang mempunyai 3 buah sumbu yang tegak lurus, dua di antaranya sama
panjang dan terletak di bidang horizontal yang dinamakan dengan sumbu lateral
dan diberi tanda dengan huruf a. sumbu yang ketiga tegak lurus dengan bidang
yang terbentuk dari sumbu lateral dan disebut dengan sumbu c yang panjangnya
bisa lebih panjang atau lebih pendek daripada sumbu lateral. Sedangkan sumbu
yang membagi dua sama rata sumbu yang terbentuk dari perpotongan sumbu a adalh
sumbu intermediate yang ditukis dengan huruf b. sistem kristal ini terbagi
menjadi tujuh kelas yaitu :
-
ditetragonal bipyramidal class
-
tetragonal trapezohedral class
-
ditetragonal pyramidal class
-
tetragonal scalenohedral class
-
tetragonal bipyramidal class
-
tetragonal pyramidal class
-
tetragonal bisphenoidal class
Sumbu a
dan b mempunyai satuan panjang yang sama. Sedangkan sumbu c berlainan, dapat
lebih panjang atau lebih pendek (umumnya lebih panjang).
3. Sistem
Orthorombis
Dalam kristalografi, orthorombic
merupakan satu dari tujuh sistem kristal dan mempunyai tiga buah kelas dan
mempunyai empat buah bentuk bravais lattices yaitu simple orthorhombic, base
centered orthorhombic, body centered orthorhombic dan face centered
orthorombic.
Sistem ini meliputi kristal yang
mempunyai tiga buah sumbu yang tidak sama panjangnya dan saling tegak lurus.
Satu sumbu vertikal yang disebut dengan sumbu c. satu sumbu yang lainnya
memanjang ke belakang dari arah depan yang disebut sumbu a atau sumbu brachy. Sumbu
yang ketiga dari kiri ke kanan disebut sumbu b atau sumbu macro. Tidak ada yang
namanya sumbu pokok dalam sistem kristal ini. Semua sumbu dapat menjadi sumbu
vertikal atau sumbu c. sistem kelas ini terbagi menjadi 3 buah yaitu :
-
orthorhombic bipyramidal class
-
orthorhombic bisphenoidal class
-
orthorombic pyramidal class
4. Sistem
Hexagonal
Dalam kristalografi, hexagonal merupakan
satu dari tujuh sistem kristal dan mempunyai tujuh buah kelas. Semua kelasnya
mempunyai simetri yang sama dengan bentuk dasar dari hexagonal. Untuk bravais
lattice hanya terdapt satu untuk sistem kristal hexagonal. Sistem kristal ini
mencakup semua kristal yang mempunyai empat buah sumbu. Tiga di antaranya sama
panjang dan terletak di bidang horizontal serta perpotongan antara masing –
masing sumbu membentuk sudut 60. mereka dinamai sumbu lateral dan diberi tanda
huruf a dan dapat saling ditukar – tukar. Sumbu keempat tegak lurus terhadap
bidang yang terbentuk dari sumbu lateral dan disebut dengan sumbu c, panjang
nya bisa lebih panjang atau lebih pendek dari sumbu lateral. Sistem kristal ini
mempunyai tujuh buah kelas yaitu :
-
dihexagonal bipyramidal class
-
hexagonal trapezohedral class
-
dihexagonal pyramidal class
-
ditrigonal bipyramidal class
-
hexagonal bipyramidal class
-
hexagonal pyramidal class
-
trigonal bipyramidal class
Sumbu a, b, dan
d mempunyai panjang yang sama. Sedangkan panjang c berbeda, dapat lebih panjang
atau lebih pendek (umumnya lebih panjang)
5. Sistem
Trigonal
Beberapa ahli
memasukkan sistem ini ke dalam sistem heksagonal demikian pula cara penggambarannya
juga sama. Dalam kritalografi, trigonal merupakan
salah satu dari tujuh sistem kristal dan mempunyai lima buah kelas dan hanya
satu buah bentuk bravais lattices. Sistem kristal ini dideskripsikan dengan
tiga buah vektor dasar dan mempunyai vektor yang sama panjangnya. Trigonal
dapat juga disebut sebagai sistem kristal isometric yang mengalami perpanjangan
menyeluruh secara diagonal sehingga : a = b = c;
Pada awalnya sistem kristal trigonal menjadi satu dengan sistem kristal
hexagonal sehingga ciri – cirinya sama. Namun ada beberapa ahli kristalografi
yang kemudian membedakannya dengan sistem kristal hexagonal karena pada sistem
ini, sumbu c bernilai 3. sistem kristal ini mempunyai 5 kelas yaitu :
-
ditrigonal scalenohedral class
-
trigonal trapezohedral class
-
ditrigonal pyramidal class
-
trigonal rhombohedral class
-
trigonal pyramidal class
Perbedaannya
bila pada trigonal setelah terbentuk bidang dasar, yang berbentuk segienam
kemudian dibuat segitiga degnan menghubungkan dua titik sudut yang melewati
satu titik sudutnya.
6. Sistem
Monoklin
Monoklin artinya
hanya mempunyai satu sumbu yang miring dari tiga sumbu yang dimilikinya. Dalam
kristalografi, sistem monoclinic merupakan sistem kristal yng mempunyai tiga
buah kelas dan dua buah bravais lattices yaitu simple monoclinic dan centered
monoclinic lattices. Dalam sistem kristal monoclinic, kristal digambarkan
mempunyai vektor – vektor yang tidak sama panjang dan mempunyai sudut lebih
dari 90°.Sumbu a tegak
lurus terhadap sumbu b; b tegak lurus terhadap c, tetapi sumbu c tidak tegak
lurus terhadap sumbu a. Ketiga sumbu tersebut mempunyai panjang yang tidak
sama, umumnya sumbu c yang paling panjang dan sumbu b yang paling pendek.
Sistem kristal ini adalah kristal yang mempunyai tiga buah sumbu tidak sama
panjang, dua di antaranya ( a dan c ) saling memotong dan membentuk sudut tidak
sama besar dan sumbu ketiga ( b ) tegak lurus terhadap keduanya. Sumbu c adalah
sumbu vertikal, sumbu a adalah sumbu yang memanjang ke belakang dari depan dan
mempunyai nama sumbu clino, sumbu b adalah sumbu yang dari kiri ke kanan dan
mempunyai nama sumbu ortho. Sistem kristal ini terbagi menjadi tiga kelas yaitu
-
prismatic class
-
sphenoidal class
-
domatic class
7. Sistem
Triklin
Dalam kristalografi, triclinic mempunyai
dua buah kelas saja yang dibedakan menurut ada atau tidaknya sumbu simetri
selain itu triclinic merupakan satu – satunya yang tidak mempunyai bidang
cermin. Penggambarannya hambir sama dengan orthorhombic, namun tiga vektor yang
digambarkan tidak tegak lurus satu sama lain
Sistem kristal ini merujuk pada kristal
yang mmpunyai tiga buah sumbu tidak sama panjang dan berptongan membentuk sudut
yang tidak sama besar. Penamaan sumbunya mengikuti penamaan pada sistem kristal
orthorhombic yaitu a adalah sumbu brachy, b adalah sumbu macro dan c adalah
sumbu vertikal. Biasanya sumbu brachy merupakan sumbu yang terpendek di antara
ketiganya. Sistem kristal ini terbagi menjadi dua kelas yaitu :
-
pinacoidal class
-
pedial class
Sistem ini mempunyai tiga sumbu yang
satu dengan lainnya tidak saling tegak lurus. Demikian juga panjang
masing-masing sumbu tidak sama.
2.6 Cara Mengklasifikasikan Herman
Mauguin Symbol
Simbol Herman-Mauguin adalah simbol yang menerangkan ada
atau tidaknya bidang simetri dalam suatu kristal yang tegak lurus terhadap
sumbu-sumbu utama dalam kristal tersebut. Hal ini dapat dilakukan dengan
mengamati sumbu dan bidang yang ada pada kristal tersebut.
2.6.1
Sistem Reguler
( Cubic = Isometric =
Tesseral = Tessular )
Bagian pertama :
menerangkan nilai sumbu c. untuk itu ada 2 kemungkinan yaitu sumbu
c bernilai 4 atau bernilai 2.
1.
Kalau sumbu c bernilai 4 dinotasikan
dengan huruf O (octaeder), karena contoh bentuk kristal yang paling ideal untuk
sumbu c bernilai 4 adalah bentuk kristal Octahedron.
2.
Kalau sumbu c bernilai 2 dinotasikan
dengan huruf T (tetraeder), karena contoh bentuk kristal yang paling ideal
untuk sumbu c bernilai 2 adalah bentuk tetrahedron.
Bagian
kedua : menerangkan kandungan bidang simetrinya,
apabila kristal tersebut mempunyai :
1)
Bidang simetri
horizontal (h)
2)

Bidang simetri
vertikal (v) dinotasikan h


3)
Bidang simetri diagonal
(d)
Kalau mempunyai :
·

Bidang simetri
horizontal (h) dinotasikan h


·
Bidang simetri vertikal
(v)
Kalau mempunyai :
·

Bidang simetri
vertikal (v) dinotasikan v


·
Bidang simetri diagonal
(d)
Kalau mempunyai :
·

Bidang simetri
diagonal (d) dinotasikan d


Contoh
:
·
Klas
hexoctahedral…………..………………….. Oh
·
Klas pentagonal
icostetrahedral ……….....……. O
![]() |
Gambar
2.6.1.1
Sistem
Reguler
(cubic
= isometric = tesseral = tessular)
Ketentuan
:
Sumbu a = b = c
Sudut 

Karena sumbu a = sumbu b = sumbu c

Gambar
2.6.6.2
Cara
menggambar :
A+^ b- =
30º
A : b : c = 1 : 3 : 3
Menurut Herman Mauguin penentuan kelas simetri untuk :
Sistem
Regular
Bagian
pertama : menerangkan nilai sumbu a (sumbu a, b, c) mungkin bernilai 4 atau 2
dan ada tidaknya bidang simetri yang tegak lurus sumbu a tersebut.
Bagian ini dinotasikan
dengan : 

Angka
menunjukkan nilai sumbu dan huruf ‘,’ menunjukkan adanya bidang simetri yang
tegak lurus sumbu a tersebut.
Bagian
kedua : menerangkan sumbu simetri bernilai 3. Apakah sumbu simetri yang bernilai 3 itu, juga bernilai 6
atau hanya bernilai 3 saja.
Maka
bagian kedua selalu ditulis : 3 atau 

Bagian
ketiga : menerangkan ada tidaknya sumbu simetri diagonal bernilai 2 dan ada
tidaknya bidang simetri diagonal yang tegak lurus terhadap sumbu diagonal
tersebut.
Bagian
ketiga dinotasikan dengan
atau tidak ada.

Contoh :
1
klas hexoctahedral ……………………….
---"



2
klas hextetrahedral ………………………. 4 3 2 ---"
4 3 2
3
klas tetratohedris ………………………… 2 3 ---"
2 3 -
Tabel 2.6.1 Bentuk-Bentuk Kristal Sistem Reguler
System (1)
|
Class Name (2)
|
AXES
|
Planes
|
Center
|
Herman-Maugin
Symbols (3)
|
|||
2-Fold
|
3-Fold
|
4-Fold
|
6-
Fold
|
|||||
Isometric
|
Tetartoidal
|
3
|
4
|
-
|
-
|
-
|
-
|
23
|
Diploidal
|
3
|
4
|
-
|
-
|
3
|
yes
|
2/m 3
|
|
Hextetrahedral
|
3
|
4
|
-
|
-
|
6
|
-
|
4 3m
|
|
Gyroidal
|
6
|
4
|
3
|
-
|
-
|
-
|
432
|
|
Hexocahedral
|
6
|
4
|
3
|
-
|
9
|
Yes
|
4/m 3 2/m
|
2.6.2 SISTEM TETRAGONAL (Quadratic)
Bagian
pertama
: menerangkan nilai
sumbu c, mungkin bernilai 4 atau tidak bernilai dan ada tidaknya bidang simetri
yang tegak lurus sumbu c.
Bagian
ini dinotasikan dengan : 

Bagian
kedua : menerangkan
ada tidaknya nilai sumbu lateral dan ada tidaknya bidang simetri yang tegak
lurus terhadap sumbu lateral tersebut.
Bagian
ini dinotasikan dengan :
atau tidak ada

Bagian
ketiga : menerangkan
ada tidaknya sumbu simetri intermediet dan ada tidaknya bidang simetri yang
tegak lurus terhadap sumbu intermediet tersebut.
Bagian
ini dinotasikan dengan : 2,2,m atau tidak ada
Contoh
:
1)
klas
ditetragonal bipyramidal………….




2)
klas tetragonal
trapezohedral …………..4 2
2 4 2 2

3)
klas
ditetragonal pyramidal ……………4 m
m 4 m m

![]() |
Gambar
2.6.2.1
Ketentuan
:
Sb
a = b ≠ c
Sudut
α = β = γ = 90°
Karena
Sb a = Sb b disebut juga Sb a
Sb
c bisa lebih panjang atau lebih pendek dari atau b.
Sb
c lebih panjang dari Sb a dan Sb b disebut bentuk Columnar (Panjang), sumbu c
lebih pendek dari sumbu a b disebut bentuk stout (gemuk).
![]() |
Gambar
2.6.2.2
Cara
Menggambar :
a= ^ b- = 30°
a
: b : c = 1 : 3 : 6
Menurut
Herman Mauguin penentuan klas simetri untuk :
Bagian Pertama : Menerangkan
nilai sumbu c, munkin bernilai 4 atau tidak
bernilai dan ada tidaknya bidang simetri yang tegak lurus sumbu c.
Bagian ini dinotasikan
dengan :
, 4 , 


Bagian kedua : Menerangkan ada tidaknya nilai sumbu
lateral dan ada tidaknya bidang simetri yang tegak lurus terhadap sumbu lateral
tersebut.
Bagian
ini dinotasikan dengan :
, 2 , m atau tidak ada

Bagian Ketiga : Menerangkan ada tidaknya sumbu simtri
imtermediet dan ada tidaknya bidang simetri yang tegak lurus terhadap sumbu
intermediet tersebut.
Bagian
ini dinotasikan dengan : 2, 2, m atau tidak ada
Contoh :
















Tabel
2.6.2 Bentuk-Bentuk Kristal Sistem
Tetragonal
System (1)
|
Class Name (2)
|
AXES
|
Planes
|
Center
|
Herman-Maugin Symbols (3)
|
|||
2-Fold
|
3-Fold
|
4-Fold
|
6-
Fold
|
|||||
Tetragonal
|
Dispheoidal
|
1
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
4
|
Pyramidal
|
-
|
-
|
1
|
-
|
-
|
-
|
4
|
|
Dipyramidal
|
-
|
-
|
1
|
-
|
1
|
yes
|
4/m
|
|
Scalenohedral
|
3
|
-
|
-
|
-
|
2
|
-
|
4 2m
|
|
Ditetragonal
Pyramidal
|
-
|
-
|
-
|
-
|
4
|
-
|
4mm
|
|
Trapezohedral
|
4
|
-
|
1
|
-
|
-
|
-
|
422
|
|
Ditetragonal-
Dipyramidal
|
4
|
-
|
1
|
-
|
5
|
yes
|
4/m 2/m 2/m
|
2.6.3
Sistem
Triklin
(Anorthic = Asymetric = Clinorhombohidral)
Sistem ini mempunyai tiga sumbu yang satu dengan
lainnya tidak saling tegak lurus.
Demikian juga panjang masing-masing sumbu tidak sama.
![]() |
Gambar 2.6.3.1
Ketentuan
:
Sumbu a ≠ b ≠ c
Sudut α = γ = 90° β = 90°
Semua Sb a, b, c saling berpotongan dan
membuat sudut miring tidak sama besar.
Sb a disebut Sb Brachy
Sb b disebut Sb Macro
Sb c disebut Sb Basal/Vertikal
![]() |
Gambar 2.6.3.2
Cara Menggambar :
a+ ^ b- = 45°
b+ ^ c- = 80°
Menurut Herman Mauguin penentuan klas simetri untuk :
Sistem ini hanya mempunyai 2 (dua)
klas simetri, yaitu :



Tabel 2.6.3 Bentuk-Bentuk
Kristal Sistem Triklin
System (1)
|
Class Name (2)
|
AXES
|
Planes
|
Center
|
Herman-Maugin Symbols (3)
|
|||
2-Fold
|
3-Fold
|
4-Fold
|
6-
Fold
|
|||||
Triclinic
|
Pedial
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
1
|
Pinacoidal
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
yes
|
1
|
2.6.3
Sistem Monoklin
(Oblique=
Monosymetric = Clonorhombic = Hemiprismatik
Manacionihedral)
Monoklin
artinya hanya mempunyai satu sumbu yang miring dari tiga sumbu yang
dimilikinya. Sumbu a tegak lurus terhadap sumbu b; b tegak lurus terhadap c,
tetapi sumbu c tidak tegak lurus terhadap sumbu a. Ketiga sumbu tersebut
mempunyai panjang yang tidak sama, umumnya sumbu c yang paling panjang dan
sumbu b yang paling pendek.

Gambar 2.6.4.1
Ketentuan:
Sumbu
≠ b ≠ c

Sudut
=
= 90o
≠ 90 o



Sb
disebut sb clino

Sb
b disebut sb ortho
Sb
c disebut sb Basal / vertikal
![]() |
Gambar
2.6.4.2
Cara
Menggambar:



Sb
c adalah sumbu terpanjang
Sb
adalah sumbu terpendek

Menurut Herman Mauguin penentuan klas simetri untuk :
Hanya ada satu bagian, yaitu menerangkan nilai sumbu
b dan ada tidaknya bidang simetri yang tegak lurus sumbu b tersebut.
Contoh :
1. Klas prismatic......................................................... 

2. Klas Sphenoidal .................................................... 2
3. Klas domatik ......................................................... m
Tabel
2.6.4 Bentuk-Bnetuk
Kristal Sistem Monoklin
System (1)
|
Class Name (2)
|
AXES
|
Planes
|
Center
|
Herman-Maugin Symbols (3)
|
|||
2-Fold
|
3-Fold
|
4-Fold
|
6-
Fold
|
|||||
Monoclinic
|
Domatic
|
-
|
-
|
-
|
-
|
1
|
-
|
m
|
Sphenoidal
|
1
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
2
|
|
Prismatic
|
1
|
-
|
-
|
-
|
1
|
yes
|
2/m
|
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
1. Kristalografi adalah ilmu yang mempelajari tentang
sifat-sifat geometri dari kristal terutama perkembangan, pertumbuhan,
kenampakan bentuk luar, struktur dalam (internal) dan sifat-sifat fisis
lainnya. Kristalografi adalah suatu cabang dari mineralogi yang
mempelajari tentang sifat-sifat geometri
dari kristal terutama perkembangan, pertumbuhan, kenampakan bentuk luar,
struktur dalam (internal) dan sifat-sifat fisis lainnya. Suatu kristal dapat
didefinisikan sebagai padatan yang secara esensial mempunyai pola difraksi
tertentu (Senechal, 1995 dalam Hibbard, 2002).
Sistem kristalografi dibagi menjadi 4 sistem,
ini didasarkan kepada :
-
Perbandingan
panjang sumbu-sumbu kristalografi
-
Letak
atau posisi sumbu kristalografi
-
Jumlah
sumbu kristalografi
-
Nilai
sumbu C atau vertikal
Sistem Sumbu Kristalografi :
Sistem
Reguler, Sistem
Tetragonal, Sistem Orthorombik, Sistem Hexagonal, Sistem Trigonal, Sistem Triklin, Sistem Monoklin
5.2 Saran
Diharapkan
para pengajar dalam penyampaian atau memberikan penjelasan dapat
lebih mudah lagi
dalam praktikum, serta
waktu dan tempat praktikum supaya lebih disesuaikan lagi, sehingga dapat
menjalani kegiatan praktikum dengan baik.
DAFTAR
PUSTAKA
http://sirdizaldkill.blogspot.com/2012/11/pengertian-kristalografi.html (Diakses pada
tanggal 5 Oktober 2013 pukul 20.00 WIB)
http://id.wikipedia.org/wiki/Kristal (Diakses pada
tanggal 5 Oktober 2013 pukul 20.00 WIB)
http://kamilismail.blogspot.com/2009/03/unsur-unsur-simetri-kristal.html (Diakses pada
tanggal 5 Oktober 2013 pukul 20.00 WIB)
(http://strukturkristal.blogspot.com/2008_05_01_archive.html) (Diakses pada
tanggal 5 Oktober 2013 pukul 20.00 WIB)
(http://nheyta.blogspot.com/2011/04/sistem-kristal-mineral.html) (Diakses pada tanggal 5 Oktober 2013 pukul 20.00 WIB)
http://aprihastin.blogspot.com/2011/11/ke-7-sistem-kristal-dan-ke-14-kisi.html (Diakses pada
tanggal 5 Oktober 2013 pukul 20.00 WIB)
http://anakgeotoba.blogspot.com/2010/03/kristalografi-bab-2.html (Diakses pada
tanggal 5 Oktober 2013 pukul 20.00 WIB)
Nice informations thanks. Perkalian 1 sampai 1000
BalasHapus